Anda Butuh apa??

Semangat

Total Tayangan Halaman

Entri Populer

Selasa, 13 Maret 2012

Gemericik Hujan

Siang hari waktu menunjukkan pukul 12.46 aku duduk disudut gedung perpustakaan, disekelilingku banyak orang-orang yang melakukan hal senada sepertiku, ada juga diantaranya membaca koran yang terpampang didepan pintu masuk menjuju perpus, ada pula yang bercerita, melamun, smsan dan bahkan menulis tidak jelas seperti yang ku lakukan ini,hahaha. Hari agak gelap walaupun sebenarnya ini masih siang tetapi mendung dan hujanlah yang menjadikan seperti ini, aku di perpus ini menantikan jam perkuliahan yang akan mulai pukul 13.20 namun karena kebetulan hari ini aku "siam" maka aku milih keperpus saja dengan tujuan menunggu waktu kuliah juga sekaligus akan mencari buku.
Tetapi disini hujanlah yang ku dapati hingga mendapat teleponpun tak terdengar suaranya, benar-benar hujanny luar biasa tetapi terkadang juga reda walaupun hanya sementara setelah itu kembali lagi dengan hujan deras,terdengar benar gemericik hujan di siang itu.
Hingga pada akhirnya aku menuliskan sebuah puisi gak jelas ini,

mondar mandir,
menghayal-hayal,
melamun-lamun,
berdian-diam,
melihat-lihat,

hujan gemericik,
menggelegar-glegar,
berharap cemas,
hujan reda atau desar,
hari yang terang diatara kebingungan,
entah tak terang atau hujan,
berharap reda yang datang,
berharap dia akan datang,
memungut secuil harapan,

dia yang ada disana,
engkau yang selalu ku rindu,
dia yang entah memikirkanku atau tidak,
engkau yang bercahaya,
dia yang ada dipikiranku,
engkau yang menggerogoti hatiku,
dia dia dan dia yang slalu ada dan semoga.


Wah emang gak jelas hari ini,tapi ya sudahlah semoga hujan ini mewakili gundah segala rasa prasangka dalam jiwa engkau yang slalu ada semoga tetap ada diantara segelintir kelayuan dalam semu termakan hari.
Wahahaha. . Ora dong ngomong opo!
Saat kuliah smangad bae lah^.^

pojokan perpus 13.15_130312

Senin, 12 Maret 2012

Pengharapan

Oh bumi cantik nan indah dirimu. Laksana mutiara diangkasa. Biru lautan, hijau daratan berkilau merona hiasimu. Oh bumi tapi entah kenapa buruk rupamu. Laksana gumpalan sampah berhambur keudara. Merah lautan, menguning daratan muram durja nampakmu. Oh bumi entah kapan kan kupandang kau kembali ke wujud asalmu. Indah lautan dan daratan mempesona, dan kicau burung bergema serta hawa surgawi dapat ku hela tanpa polusi dan kehancuran ulah manusia.

Yk 170611

Jumat, 09 Maret 2012

Apa yang Salah dalam Sepak Bola Kita??

Kecewa berat itulah yang ku rasakan ketika menyaksikan pertandingan sepak bola indonesia, dari kapanpun hingga sampai saat ini. Seperti malam ini juga (09/03) ketika menyaksikan laga final antara Indonesia U21 melawan Brunai Darussalam dalam laga final Hasanah Bolkiah Trophi di Bandar Sri begawan, Brunai. Di dalam laga ini Indonesia ditekuk negara tetangga kita itu dengan skor meyakinkan 2.0, padahal negara yang luas wilayahnya hampir sama dengan Provinsi DIY dan memiliki rakyat kurang lebih 400.000 jiwa kita bisa kalah, jika menengok kebelakang negara di pulau kalimantan ini baru saja mendapatkan sangsi tidak boleh berlaga dalam laga internasinal selama dua tahun dan baru berlaga kembali dalam laga internasinal di Sea Games Jakarta tahun lalu, namun perkembangannya sangatlah luar biasa membuat sejarah yang mencengangkan bahkan ketika di ajang Sea Games berhasil mengukirkan sejarah dengan memperoleh kemenangan pertamanya dalam ajang ini, bahkan malam ini pun sejarah itu kembali terulang dengan menjuarai kejuaran internasional dilingkup Asean di negaranya sendiri dengan mengalahkan Indonesia dibabak final, setelah pada laga sebelumnya menekuk Myanmar dibabak semifinal, fantastis bukan? karena Myanmar lah yang mengalahkan Indonesia difase grup dengan skor 3.1.
Ketika kita kembali melihat sepak bola kita, sebenarnya apa yang salah dan menjadi masalah karena selalu kalah dan itu sering terjadi dibabak final, bisa jadi membuat "ndongkol", "mangkel" tetapi ya mau gimana lagi namanya juga kalah dan itu pasti menyakitkan, lalu apa negara ini tidak pernah belajar dari pengalaman? kenapa kita mesti kalah? Dan itu selalu di babak akhir?
Padahal jutaan rakyat ini menanti prestasi terbaik garuda terbang jauh keangkasa, tetapi selalu saja kalah dan kalah. Tentu kita semua masih mengingat benar ketika indonesia di hajar dengan telak 10.0 oleh Baharain di Pra Piala Dunia 2014, sungguh menyakitkan sekali. Kita juga masih mengingat kejadian akhir tahun 2010 lalu diajang AFF ketika ditekuk negara jiran, negara yang sering berseteru dengan kita, masalah TKI, perbatasan, mencaplokan wilayah bahkan pengakuan budaya kita, hal ini juga jelas berimbas pada laga sepak bolanya, bahkan memiliki niat akan membuktikan bahwa kita mampu dan bisa lebih unggul dari negara sebelah itu tetapi indonesia kalah padahal kita main dikandang sendiri, begitupun ketika melakoni laga di kuala lumpur kita jga kalah telak. Setahun kemudian pada tahun 2011 kembali indonesia bertemu negeri jiran difinal tetapi diajang Sea Games ini hasilnya juga mengecewakan, niatnya mau membalas dendam kekalahan tim seneor diajang AFF tahun sebelumnya indonesia malah dikalahkan Malaysia dan hanya peraklah yang didadapat walaupun secara keseluruhan indonesia menjadi juara umum Sea Games.
Jika sudah begini, apa yang menjadi masalah di sepak bola kita? dan siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini? Dan siapa yang disalahkan?
Apa mungkin ini bentuk imbas kisruh dikepengurusan PSSI? Apa memang takdir dari Tuhan? Takdir selalu kalah, apa nasib? Nasib yang selalu dipecundangi dengan kekalahan. Yah tidak tau lah yang jelas jika sesuatu ingin berprestasi buatlah struktur manajemen organisasi yang bagus dan solid terlebih dahulu atau bisa dikatakan ciptakan manajemen organisasi intern yang sevisi,tujuan bahkan bebas dari kepentingan termasuk unsur politik yang disana jelas mengabaikan nilai-nilai sportifisme. Setelah itu baru mengurusi yang lain termasuk Timnasnya, di negeri ini jelas dari PSSI nya aja belum bisa menciptakan itu, ngurusi sendiri belum bisa kok mau ngurus Timnasnya, bahkan Liga Sepak Bola nasionalnya pun semprawut dengan dualisme liga yaitu LPI dan LSI, dengan liga resminya LPI dan LSI merupakan liga ilegal padahal pemain-pemain timnas hampir 90 persen dari liga yang dianggap ilegal oleh PSSI tersebut, dari sini jelas dung bagaimana kekuatan timnas saat ini karena pemain timnas yang berlaga di liga ilegal tidak boleh memperkuat timnasnya bisa dikatakan pemain baru semua dan debutan membela timnas, terus jika sudah begitu kualitasnya seperti apa pemain-pemain debutan tersebut? Sudahlah saya tak akan membahas itu karena memang saya juga bukan orang yang mengerti soal kualitas namun penonton kita semua juga sudah bisa menilai sendiri, mana yang bagus dan berkualitas,mungkin begitu! karena menilai itu memang lebih mudah dari pada menilai diri sendiri.
Hanya saja saya punya solusi dan usulan bagaimana jika kepengurusan organisasi PSSI itu kita serahkan ke orang asing saja? Disini FIFA juga tidak ada aturan resminya,toh dinegara ini baru musim orang-orang asing jadi warga negara kita,orang asing di indonesiakan? keturunan di indonesiakan, pelatihpun juga orang asing.Lalu kenapa tidak dengan manajemen organisasinya orang asing toh nantinya akan bisa melihat ketransparansian,bebas dari kepentingan termasuk politik. Menarik bukan?Tapi ya itu hanya anganan saya jika ingin melihat negeri tercinta ini menggenggam tropi kebanggaan!
Lalu menurut kalian?

Yk23.21/090312//

"Senjaku"

Dalam lelah ku tak menyadari.
Apa yang mengundahkan hati.
Mengapa kian bergurai diantara hari.
Diantara relung dan puing diri.

Owh senjaku disudut putih tak berwarna.
Mega merah berkebiruan diantero dunia.
Kabut menupi hari yang muram.
Rasa yang tambakan tak karuan.

Laksana diri yang bermandangkan.
Bergelayut dengan ketikpastian.
Menghujan diantara keyakinan.
Bergurai bersama kerinduan.
Berbalut dengan kebingunan.
Akan apa nasibmu kedepan.
Yakinkah engkau dengan kebersamaan.
Bersama dalam kemesraan.
Hingga slama ini jadi buah perjuangan.
Berharap kan slalu meniti kehidupan.
Bersama dengan penuh keyakin.
Do'a usaha pasti Tuhan berikan.
Berharap akan datang keindahan.
Kekal abadi tak terbagi dalam kegalauan.


Yk:18.28 /090312//

Kamis, 08 Maret 2012

Pengalaman Pembelajaran "Jangan Marah"

"Sesuatu yang diawali degan rasa marah diakhiri degan rasa malu".

Seuntai kata-kata yang ku dapat dari teman dan biasa aku memanggilnya dengan sapaan mas bahkan terkadang aku membahasakannya secara halus ketika berbincang atau ngobrol ya orang jawa bilang "boso". Kata tersebut sebenarnya ku peroleh ketika ada disebuah forum, forum itu sendiri mengharuskan ku untuk menjawab pertanyaan banyak hal tentang pertanggung jawaban, sebenernya forum ini sendiri lebih bersifat dadakan tiba-tiba karena yang sedianya akan dimulai awal-awal tempo dulu tidak ada yang menanyakan ke aku dan aku disini ya mengikuti arus waktu aja, hingga ruangan yang masih riuh oleh suara orang-orang sedang bercanda antara yang satu dengan yang lain, karena baru saja selesai perkuliahan, ibu dosen pun keluar, dan pada akhirnya pemimpin dalam kelas itu maju didepan kelas dan dengan gayanya mengumumkan akan ada sebuah forum klarifikasi, hemmm. . Ya mulailah kami mendengarkan paparan apa yang disampaikan olehnya diantaranya dia mengatakan ada temen yang memintanya untuk menjelaskannya, walau sebenarnya aku juga paham saat itu dia sendiri juga ingin mengetahui seperti apa? ada yang bertanya dan ya jelas pertanyaan itu menuju ke aku, jelas dunk dengan sigap saja aku menjawabnya, namun sepertinya hal tersebut kurang puas dengan jawabanku yang sebenernya aku juga sudah tau orangnya itu siapa. Hal ini aku masih nyante saja, wong disini aku juga mendapat sebuah welingan atau mandat silahkan langsung ke beliau yang berkepentingan jika ingin mengklarifikasi, soalnya jelas aku hanya sebagai fasilitator dalam hal masalah itu, namun teman yang lain juga berpendapat bahwa yang ku sampaikan belum jelas mewakili bahkan bertele-tele, hingga terucap oleh orang yang membuka forum itu bahwasannya semua orang dalam forum itu benar-benar berada pada romantisme yang saling membunuh bahkan seiingatku ada kata-kata hakiki dalam penggambaran kebusukan dan kejelekan itu,hemm. . Aku mikir,hakiki? Ya kayaknya kurang pas itu kata-kata hingga pada akhirnya ada seorang temen yang menanyakan makna hakiki itu apa sih menurutmu? Dalam hatiku diakan dapat kata-kata itu dari matakul tertentu dan matakulnya aja mohon maaf kurang memuaskan,hehe. . Tapi ya hanya dalam hati saja, forum ini pun semakin rame dan sepertinya kurang terkondisikan hingga ada beberapa temen lain keluar karena ada kepentingan dan lain lah,aku pun sebenarnya juga ada tapi ya mengikuti saja la yang menjadi topik dalam pembahasan forum itu ada di aku. Setelah berkutat tak menemukan kepuasan penjelasanku waktu jelas semakin berjalan hingga ruangan itu akan digunakan oleh yang lain, kita pun bersama-sama pindah ruangan mencari tempat dan tetap membahas yang tadi hingga dalam forum itu meminta bukti riel nyatanya mana?ya aku jelas gak bawa apa-apa la dadakan dan bahkan ada yang mengusulkan untuk pulang dan mengambil bukti nyata tersebut,waw superkan? Ya ya aku diminta pulang kerumah dulu,tapi ya mikir juga disini laptopku masih ada masalah jikalau pulang dan mengambil data itu bagaimana?lapinya aja ya gak hidup,tp ya sudahlah bahkan terlihat jelas orang-orang yang dalam duguaanku tadi menanyakan banyak hal padaku yang itu seolah menghakimiku walaupun tak begitu nyata namun ku merasakan,aku pun punya ide dan usul bagaimana kalau meminjam milik beliau yang berkepentingan dan disitu okeh aku ditemani oleh teman mengambilnya kebawah,kebetulan sekali beliau ada didalam ruangan tersebut dan langsung saja aku mohon maaf mengganggu,yang jelas dalam pembicaraan dengan beliau aku meminta untuk meminjam bukti riel dari acara itu,beliau mencarikan dan ternyata belum ketemu juga, aku sedikit memberanikan diri untuk meminta beliau naik keatas agar teman-teman yang lain pada tau dan kejelasannya bahwa semuanya itu termasuk wawancaranya hingga keputusan itu semua dari beliau dan aku tak tau apa-apa hanya fasilitator, bahan beliau hingga berucap "saya gag mau disetir oleh mahasiswa" selain itu walaupun protes dan komplen sampai gimanapun tetap tidak bisa mengubahnya menjadi keinginan dia, waw disini akhirnya aku manut saja dan kembali naik ketas untuk menyampaikan apa yang ku dapati setelah bertemu beliau yang berkepentingan, namun ya masih seperti tadi diawal belum jelas juga dan masih tetap memintaku untuk menjelaskan, yah aku akhirnya berucap ya ayoglah kita duduk bareng bertiga dengan beliau yang ku temui tadi nanti jika ada yang ingin melihat pengen tau seperti apa teman-teman boleh ikut bebas,hehe. . Tetapi tetap tak mau hingga pada akhirnya seorang teman berbicara menjelaskan banyak hal memposisikan dirinya ketika bersama kumpul dan mengenang masa lalu yang indah-indah untuk mengingatkan kepekaan dan memori lulu untuk ikhlas kembali seperti dulu,akhir dari semua pelan-pelan kita mulai bisa dan paham hingga teman samping secara pribadi meminta maaf pada orang tersebut,akupun dengan kesadaran diri menyalami semua dan meminta maaf bahkan diikuti semua teman-teman berjabat. Ya sungguh pembelajaran yang luar biasa.

16.30_8312

AL Khisah! Teruntuk ???

Pada suatu hari sang murid bertanya pada gurunya dengan nada dan sikapnya polos dan lugu, Bu guru?

"Apatoh cinta sejati itu?" yang sering dicari-cari oleh kebanyakan orang itu loh?

Bu Guru pun menjawab:
"Berjalanlah lurus di taman bunga yang luas, petiklah satu bunga yang terindah menurtmu dan jaganlah pernah berbalik kebelakang!"

Kemudian dengan penasaran dan tergesa-gesa murid itu melaksnaknya dan kembli lagi dengan tagan hampa tanpa apa-apa.

Bu Guru bertanya: "loh mana bunganya?"

Murid itu menjawab: "Aku tidak bisa mendapatknya Bu, sebnarnya ku telah menemukanya, tapi ku berfikir didepan pasti ada yang LEBIH bagus lagi, ketika ku telah sampai keujung taman, aku baru menyadari yang ku temui pertama tadi itulah yang terbaik, tapi aku tidak bisa kembli lagi kebelakng".

Bu Guru menjelaskan: "ya seperti itulah cinta sejati, semakin kamu mencari yang terbaik, maka kamu tak akan pernah menemuknya".

Salam semangat mari temukan cinta sejati,ngekk! Hahahag^.^

Smstbydianp22.01
edittingwhiteme08.56^_^

LELAH DAN ISTIRAHATLAH!

Angin masih berhembus dengan kencangnya saat sore itu, hingga benar-benar menusuk tulang dengan dinginnya. Kita duduk didepan rumah masih tetap dengan senyuman walaupun memang tak begitu terlihat cerah karena hari itu memang habis diguyur hujan,hingga tak terasa dengan birbacara kesana kemari suara adzan berkumandang dan dia mengingatkan aku untuk "ayo kita sholat dulu!" dan aku menjawab "sebentar sepuluhan menit lagi", karena memah sore itu jam menunjukkan pukul 18.01. Kita masih berbica akan banyak hal ya maklum kesana kemari gitu,hingga pada akhirnya iqomah pun terdengar dan sudah sepuluan menit berlalu,dia kembali mengingatkanku sekali lagi dan seketika itu juga kita melaksanakan. Pergilah aku kemesjid pertigaan sedangkan dia melaksanakan dirumah, aku ambil air wudhu lalu ku tunaikan berjamaah dengan jamaah yang lain, aku selesai diakhiri dengan do'a yang berbeda yah dengan penuh keqhusukan gitu,hehe. . Aku pun kembali kerumah itu ketempat tadi duduk diteras,membuka hape dan mengesemesnya bahwa aku sudah kembali,akhirnya dia keluar kita kembali berbincang akan apa yang kita rasakan disaat itu. Ya ya kami masih berembug menggabungkan dengan banyak hal dan teori-teori tak jelas,haha. . tapi tetap aku memposikan tak terlalu ambisiu,tetap santai dengan nada ku ya yang seperti,aku masih melihatnya dia tak tau apa yang ada dibenak pikirannya, matanya terlihat berfikir bahkan gerak tubuhnya pun menggambarkannya banyak mikir tapi ya gak tau mikir apa bahkan mikir atau enggak dan tak biasa dengan hari-hari sebelumnya, aku tetap akan memposikan bukan sebagai penguasa tapi lebih ke manud ajalah dan berprinsip saja "mengalah bukan berarti kalah" tapi hal itu lebih karena menyusun strategi untuk mendapatkan kemenangan,mungkin bertanya-tanya sebenarnya kemenangan yang kayak apa?seperti apa? Jelas yang masih ada dipikiranku kemenangan untukku untuk kita. Ya kembali ke dia yang sebenarnya masih bimbang, tergoyahkan tak tau harus berbuat apa dan seperti apa?aku menyadari dan sebenarnya tau kalau dia kurang berprinsip dan tak tau sebenarnya patokannya itu apa dalam menimbang-nimbang keputusan?hal tersebut yang jelas terlihat ketika kita berbicara, dalam situasi ini aku mengira-ngira dalam hatiku kenapa ya kok kayak gini?seperti ini kadang terlihat elegan,wus bahasane ya,tapi memang benar elegan dewasa temanku pun sebenarnya mengatakan demikian aku juga masih bingung atas pertimbangan apa temenku bekata demikian. Terkadang hal tersebut membuatku tak berfikir sampai kesitu sedangkan dia memikirkan,tapi ya itu tadi kadang seperti bocah yang ingin bebas tanpa aturan dalam perkataanny mengatakan pengen sendiri mengaca dan memahami diri dengan istirahat ya istirahat, sebenernya istirahat seperti apa disini juga harus jelas kekongritannya biar sama-sama enak dalam melangkah berjalan kedepan,tak ada canggung akhirnya membuat kesepakatan yang disepakati bersama, keputusan trakhr ya kita istirahat, ku mengatakan yah siap dicoba dulu walaupun tak tau nantinya bisa atau enggak,haha. . Suasana semakin malam dingin juga makin terasa karena gemericik hujan yang kian deras tapi setelah limabelasan menit berlalu hujan mulai terlihat reda dan aku beranjak dari tempat duduk memakai jaket dan berpamitan untuk pulang kejadian ini juga kurasakan agak berbeda saja,namun ya sudahlah karena seperti yang kurasakan diawal tadi aku sudah bisa menangkap semua dari yang dia ungkapkan dan cukup tau walau sebenarnya juga masih kepikiran terus,bahkan hingga disepanjang jalan masih saja bergelayut dipikiran sesampainya dirumah aku juga tetap memberi kabar bahwa sudah sampai,walau sebenarnya sudah ada sms darinya.

YK_07.15WIB_08/03/12

YK_07.15WIB_08/03/12

Rabu, 07 Maret 2012

Senyum sumringah!

Pagi ini terbangun dan melihat "hape",ternyata waktu menunjukkan pukul 03.25 wib lantas segera ku hampiri dan menghidupkan televisi yang ada didepanku,kebetulan malam itu aku tertidur didepan televisi,entah karena apa dalam bebehari ini aku lebih suka tidur disitu,mungkin hal ini karena tiap malam ingin melihat acara televisi kayak "RadioShow" diTvOne atau "Bukan Dunia Lain" ditrans7, sedangkan untuk malam ini tadi aku habis liat pementasan Drama di TBY dan langsung tidur aja didepan televisi. Setelah benar-benar ku hidupkan,aku menyadari masih ngantuk banget karena tidur aja jam 12 lebih tapi tidak apa-apalah yang terpenting bisa bangun, saat itu aku inget hari ini ada siaran langsung sepak bola liga eropa leg 2 antara Arsenal melawan Milan, pertandingan ini sangat menarik dan yang membuatku tak menyangka ternyata kedudukan saat itu 3.0 untuk Arsenal, ini membuatku ingin menyaksikan dan menjadi gak ngantuk lagi lantas aku berfikir wah ada harapan ini Arsenal untuk memenangkan pertandingan pagi ini,yang mengherankan juga kedudukan itu diempat puluh lima menit pertama, masih ada babak kedua, semoga pertandingan itu akan menarik dan bisa dimenangkan oleh Arsenal,walaupun sebenarnya aku juga tak begitu menyukai klub ini karena tau sendiri Arsenal adalah rival terberat klub tercintaku yaitu Manchaster United, hanya saja Arsenal berasal dari liga inggris jadi yah aku mendungnya,hehe. . Dari pada AC Milan yang dari dulu kurang menyukai klub tersebut (rado jujur)hhaha. . Hemm. . Pertandingannya sangat menarik juga ternyata Arsenal banyak memperoleh peluang utamanya lewat penyerang mereka yang dalam beberapa bulan ini banyak diperbincangkan karena keproduktifannya dalam membuat gol, akan tetapi pagi ini kiper Milan juga tampil tidak kalah cemerlang jadi banyak peluang dimentahkan dengan kesigapannya dan menjadikan kedudukan tak berubah tetap 3.0, padahal Arsenal sendiri mengejar banyak gol karena di Sansiro atau leg 1 Arsenal kalah 4.0 jadi Arsenal jika ingin lolos kebabak berikutnya harus membuat gol lebih dari empat,tetapi pertandingan pagi ini hasil akhirnya tetap 3.0 tidak ada tambahan gol dibabak kedua jelas ini kemenangan Arsenal pada pagi ini,tetapi suka cita untuk Ac Milan karena berhasil lolos kebabak berikutnya inilah bentuk suka cita yang dirasakan seluruh punggawa Milan termasuk para fans fanatiknya,bisa melewati fase ini dengan kemenangan 4.0 dikandang sendiri dengan gembira,selanjutnya kalah dikandang arsenal 3.0 pasti meraka juga was-was dan gundah jika Arsenal memenangkan pertandingan tersebut,tapi pada akhirnya hasil tetap 3.0 jadi ini jelas kemenangan dan kegembiraan untuk Milan, hal ini pula yang ku rasakan saat ini, bentuk ungkapan gembira suka cita dan harus "galau", was-was dan bahkan agak sedih juga,tetapi pada akhirnya kegembira dan suka cita yang kurasakan, sungguh hal yang luar biasa pagi ini, bisa merasakan nyaman dan seakan bisa kembali lolos kembali dari sebuah hadangan rintangan. Hingga berharap kejadian kedepan tak ada jikalau ada aku bisa melewatinya dan menyelesaikannya dengan tetap kepala dingin,tanpa emosi atau bahkan "grusa grusu", ngasal yang pada akhirnya akan menjadi penyesalan dalam hidup karena aku beranggapan bahwa "hidup itu adalah masalah,tetapi bagaimana masalah itu dapat terselasaikan untuk berganti menyelesaikan masalah berikutnya" dari kalimat tersebut jelas bahwa hidup kita tak boleh putus asa, Demasiv bilang "jangan menyerah" ya itulah hidup karena yakinlah bahwa hidup masih panjang dan tetap harus smangat, semangt dan semangat!!

Yk_08.18_07/03/12

Selasa, 06 Maret 2012

Kata "lelah" dengan semua ini!

Awan hari ini mendung,muram tak bersinar, Entah memang karena matahari yang malu untuk memberikan sinarnya atau mungkin karena orang-orang yang disinari tak layak mendapatkan sinarnya, hal ini jelas sesuai dengan apa yang bergelayut dalam pikiranku hingga saat ini, entah karena hal apa yang menjadikan demikian hingga aku menulis dan mengerjakan selembar tugas mata kuliah pun tak mampu berkata-kata, apa apa sih yang akan aku tulis!. .
Akan tetapi dengan sedikit paksaan akhirnya selesai juga,ya walaupun alakadarnya tapi semoga tak sia-sia.
Yah ini karena kata-kata aku "lelah" dengan semua ini yang terus ada dipikiranku,entah karena apa dia mengatakan kata-kata itu dengan entengnya,tanpa beban sedikitpun dan tanpa berfikir panjang hal apa yang akan terjadi dikemudian hari, bung rhoma bilang "sungguh terlalu". Tapi apa boleh buatlah memang itu kata-kata darinya yang masih menjadi beban dan misteri karena apa kau mengatakan kata itu dengan entengnya!!

Yk_13.55_06/03/12

Terbangun

Pagi selamat pagi,
Aku bangun dan bangun,
Masih seperti ini,
Aku sadar dengan hari tak seindah hari-hari,

Mengingat hari jadi emosi,
Masihkah harus berjuang,
Entahlah apakah bisa atau tidak,
Memang sudah tak jelas,
Sudah muram tak besinar,
Sudah hilang auramu
Aku tak tau harus, mengatak apa?bagaimana?seperti apa?
Entahlah, semoga hari ini aku bisa mengatakannya,
Walaupun dengan hal yang bisa buat semua merana,
Merana tak berdaya,
Tak bisa menahan goresan luka,
Tapi tetap harus ku lakukan,
Karena memang kesadaranku dengan sadar mengatakan,
Ini beda dan memang beda, sungguh beda tak tau bagaimana?

Semoga pagi ini tetap cerah,
Diantara hari yang gemerlap tak bersinar,
Diantara sinar yang kemaluan,
Diantara cekungan hari yang bergoyang,
Keoptimisan harus berjalan seiring sore yang kian menjemput.



*YK_06:02_06/03/12
Bangun tidur^_^

Terbangun

Pagi selamat pagi,
Aku bangun dan bangun,
Masih seperti ini,
Aku sadar dengan hari tak seindah hari-hari,

Mengingat hari jadi emosi,
Masihkah harus berjuang,
Entahlah apakah bisa atau tidak,
Memang sudah tak jelas,
Sudah muram tak besinar,
Sudah hilang auramu
Aku tak tau harus, mengatak apa?bagaimana?seperti apa?
Entahlah, semoga hari ini aku bisa mengatakannya,
Walaupun dengan hal yang bisa buat semua merana,
Merana tak berdaya,
Tak bisa menahan goresan luka,
Tapi tetap harus ku lakukan,
Karena memang kesadaranku dengan sadar mengatakan,
Ini beda dan memang beda, sungguh beda tak tau bagaimana?

Semoga pagi ini tetap cerah,
Diantara hari yang gemerlap tak bersinar,
Diantara sinar yang kemaluan,
Diantara cekungan hari yang bergoyang,
Keoptimisan harus berjalan seiring sore yang kian menjemput.



*YK_06:02_06/03/12
Bangun tidur^_^

Senin, 05 Maret 2012

Penentang Adat dalam Novel "Salah Pilih"

A. Pendahuluan

Nur Sutan Iskandar lahir di Sungaibatang, Maninjau. Menyelesaikan pendidikan di sekolah Melayu, Nur Sutan Iskandar diangkat menjadi guru. Selama menjalani profesi tersebut, ia belajar otodidak dari buku-buku terutama mengenai bahasa Melayu dan Belanda. Tulisannya sering dimuat dalam berbagai surat kabar di Padang. Seorang sastrawan yang produktif, yang menghasilkan tak kurang dari 82 judul buku, serta menulis bacaan bagi siswa sekolah.
Novel yang berjudul Salah Pilih karangan Nur St. Iskandar ini memiliki cerita cinta yang menarik bagi pembaca untuk membacanya karena ceritanya tidak berbelit-belit meskipun dalam bahasanya menggunakan bahasa melayu. Novel ini menceritakan tentang adat minangkabau yang beragam dan bervariasi. Cerita cinta Asnah dan Asri yang begitu menarik dan asyik untuk dibaca karena ceritanya yang mungkin sangat menarik untuk dibaca. Karena kurang lebih ceritanya serupa dengan cerita cinta di sinetron-sinetron Indonesia dengan gaya bahasa yang dramatis dan terkadang berlebihan.
Tokoh utama dalam cerita ini, yaitu Asnah dan Asri, yang mempunyai watak sangat berbeda walaupun mereka dari satu suku yang mempunyai adat-istiadat yang serupa. Asnah mempunyai watak sabar, baik, lemah lembut dan sopan. Sedangkan Asri, mempunyai watak, baik, bijaksana, dan mempunyai pekerti yang luhur. Dia adalah seorang tokoh bulat yang wataknya pun bulat, dimana dia berganti dari seseorang yang lemah lembut, romantik dan sabar, menjadi seseorang yang cepat marah setelah menikah dengan Saniah.
Novel Salah Pilih karangan Nur St. Iskandar menceritakan tentang sepasang adik-kakak bernama Asri dan Asnah yang mencintai satu sama lain. Walaupun bersaudara, mereka tidak bisa dikatakan bersaudara kandung karena ibu asri mengangkat Asnah sebagai anak angkat. Walaupun begitu, mereka berdua masih memiliki hubungan darah. Kedua bersaudara itu saling mengasihi, sampai tiba waktunya mereka beranjak dewasa. Hingga akhirnya dalam diri Asnah tumbuh rasa cinta layaknya seorang kekasih kepada Asri, namun perasaan rendah diri sebagai seorang anak angkat sekaligus orang yang berhutang budi kepada keluarga Asri mendorongnya untuk menyimpan isi hatinya rapat-rapat, bahkan mendukung Asri memenuhi harapan ibunya untuk segera berumah tangga.
Akibat cinta yang tidak dapat dilanjuti, Asri pun menikah dengan seorang anak bangsawan bernama Saniah dimana keluarga tersebut masih memegang erat adat lama. Namun pernikahan Asri dengan Saniah tidak berjalan dengan semestinya. Hampir setiap hari, pasti terjadi percekcokan diantara mereka. Sampai suatu saat, Saniah ‘kabur’ dari rumah gadang Asri dan dalam perjalanannya mengalami kecelakaan dimana mobilnya masuk ke dalam jurang. Saniah pun meninggal dunia.
Pada akhirnya, Asri dan Asnah pun menikah di luar adat dan mereka pun menempuh hidup baru di Jakarta. Setelah beberapa tahun, orang dari kampung halaman Asri pun meminta dia sebagai ketua desa karena mereka menginginkan seseorang yang berintelektual tinggi.
Tujuan dari menganalisis novel ini yaitu bagaimana persoalan adat memicu konflik intern keluarga. Seperti apa keadaan Asnah menghadapi kondisinya yang terjebak dalam dua pilihan. Serta bagaimana pertentangan Cinta dan Keluarga dihadapi oleh Asnah.


B. Pendekatan yang digunakan
Pendekatan yang digunakan dalam novel ini adalah pendekatan struktural, terdapat alur yang jelas, latar/setting, penokohan yang tepat, tema dan sebagainya. Pada awal cerita, dapat dilihat dari judul buku ini yang merupakan “Salah Pilih” dapat diterka bahwa seseorang yang telah salah dalam menentukan pilihannya. Asri dan Asnah. Dilihat dari namanya, Asri memang terdengar lebih pantas jika ia adalah seorang wanita, tapi didalam cerita ini Asri merupakan seorang lelaki dan sebaliknya Asnah merupakan seorang wanita. Asnah dan Asri sudah seperti keluarga sendiri dimana mereka sudah seperti kakak adik saja. Di mata ibunya, hanya Asnah yang bisa merawatnya dengan baik. Tidak ada orang lain yang bisa merawatnya selain Asnah. Asnah sudah sekian lama menunggu kedatangan Asri yang tak kunjung datang.
Banyak kata-kata yang digunakan untuk menulis cerita ini tidak dipakai lagi dalam perbincangan sehari-hari, dan banyak kata-kata yang dipakai berasal dari Padang. Secara tidak langsung, gaya bahasa yang digunakan menunjukan juga latar tempat dan waktu cerita ini seperti contohnya berkalang dan H.I.S. Terkadang, jika pembaca kurang mengerti bahasa Padang, kita akan merasakan adanya kejanggalan dan ketidak cocokan dalam pemilihan kata, atau diksi Nur St. Iskandar.
Novel Salah Pilih tertulis dengan sudut pandang yang menyebabkan narator bagaikan ‘Dewa’ dimana dia dapat merasakan dan melihat segala sesuatu yang terjadi dalam cerita tersebut. Jika cerita ini tidak ditulis menggunakan sudut pandang tersebut, akan ada banyak perbedaan dalam alur cerita tersebut, dan kita mungkin tidak dapat mengetahui perasaan semua tokoh dengan secara mendalam.
Dengan dipergunakannya sudut pandang ini pun, majas ironi dramatis pun ditunjukkan pada saat Saniah pergi dengan ibunya secara diam-diam dan kecelakaan pun terjadi, dan Asri tidak mengetahuinya sampai waktu yang cukup lama. Dibagian tersebut pun saya rasa cerita tersebut menyampai klimaks dan menemukan resolusinya.
Plot cerita disini saya rasa cukup cepat karena terkesan lebih ‘to the point’ atau langsung ke titik utama persoalan, dengan sub-plot yang tidak terlalu banyak. Latar waktu cerita ini pun kadang loncat-loncat dari satu saat maju ke tahun atau bulan yang berbeda. Ini memberikan efek terhadap detil-detil apa yang terjadi pada waktu yang tidak diceritakan tersebut. Mungkin pertengkaran yang dihadapi Asri dan Saniah, atau mungkin ada beberapa hari dimana rumah gadang tersebut harmonis.
Latar tempat cerita ini pertama-tama tidak digambarkan secara langsung, tetapi banyak imagery dan diksi-diksi yang membantu kita memahami latar tempat tersebut, seperti ‘rumah gadang’ dan sebagainya. Latar tempat diambil di daerah Padang karena di sini, bukan hanya agama yang terpenting, tetapi adat budaya Minangkabau lah yang menjadi patokan. Latar tempat mempunyai efek terhadap konflik yang dihadapi Asri dan juga watak tokoh-tokoh. Jika cerita ini tidak terjadi di Padang, mungkin Asri tidak usah ‘salah pilih’ pendamping hidupnya, dan memendam rasa cinta terhadap Asnah. Dan juga mungkin Saniah mempunyai watak yang berbeda dari yang diceritakan pada novel.
Latar waktu tidak begitu digambarkan dengan spesifik, tetapi pada akhir buku, dimana mereka membicarakan tentang seorang pahlawan kita yaitu Kartini dan sekolah yang didirikannya ketika pada masa itu, maka kita dapat memprediksi kalau cerita ini terjadi sekitar tahun 1920-1940an.


C. Analisis

Dalam kenyataannya di kehidupan nyata, pernikahan tidak sedarah boleh saja dilakukan karena tidak ada ikatan tali darah yang mengalir dalam tubuh Asnah dan Asri, Karena Asnah merupakan anak angkat dari keluarga Asri yang diangkat oleh ibu Asri itu sendiri. Ibu Asri begitu saying dengan Asnah seperti anak kandungnya sendiri.meskipun hidup serumah dalam keluarga yang harmonis. Hanya saja, keadaan seperti yang diceritakan pada novel Salah Pilih itu terjadi dalam adat Padang, yang melarang perkawinan sedarah. Cinta pada hakekatnya tidak bisa memilih mana orang yang akan kita pilih dan sukai, namun cinta datang begitu saja mengalir apa adanya tidak bisa dipaksakan.
Dengan rapi pula, Nur Sutan Iskandar membangun konflik diantara tokoh sekaligus menyampaikan pesan moral. Kisah terjebaknya Asnah dalam dua pilihan pun, meyebabkan perempuan ini terlihat polos dan lugu juga wajar dan alami. Orang lugu yang menerima kebaikan orang lain dan merasa berkewajiban membalasnya. Namun cerita mulai berjalan terlalu cepat dan tidak seimbang ketika memasuki akhir. Terkesan penulis tidak berbelit-belit untuk menyampaikan isi cerita kepada pembaca.
Saniah adalah wanita yang mempunyai karakter sombong, dan sangat buruk. Akan tetapi Asri menilai Saniah adalah wanita yang cantik, baik hati dan mempunyai paras yang elok. Setelah menikah dengan Saniah, Asri baru mengetahui sifat asli istrinya tersebut. Bahwa istrinya itu mempunyai karakter sombong, angkuh dan juga kasar. Karena diam-diam tanpa sepengetahuan Asri, Saniah sering sekali kerap menyiksa Asnah ketika Asri keluar rumah. Dalam cerita ini, tema tersampaikan jelas oleh sang pengarang, pembaca sudah dapat merasakan unsur lika-liku kehidupan, unsur adat, bahasa, dan juga unsur percintaan. Tetapi menurut saya tema pokok dari cerita ini merupakan cerita tentang percintaan dalam tubuh persaudaraan atau keluarga. Ini terlihat jelas karena menunjukkan hubungan Asri dan Asnah yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk bersatu karena adat keduanya adalah saudara meskipun hanya saudara angkat, selain adat istiadat yang menuntut dan juga unsur saudara jauh yang tidak bisa mereka langgar.
Cerita ini kurang lebih menceritakan tentang kehidupan tetapi juga dibumbui oleh cerita percintaan Asri dengan Asnah. Diam –diam kedua insan itu saling mencintai, akan tetapi keduanya terpaut hubungan adat yang tidak membolehkan keduanya untuk bersatu. Karena adat daerah Padang yang tidak memungkinkan bagi Asnah dan Asri bersatu, bagaimanapun juga mereka dianggap masih satu darah, maka dari itu kemungkinan sangat kecil untuk mereka untuk bersatu karena perkawinan satu darah tidak diperbolehkan adat daerah mereka namun akhirnya tetap dilangsungkan meski harus pergi keluar daerah adat mereka.

D. Kesimpulan

Secara keseluruhan, tema utama novel Salah Pilih adalah romansa, dan seperti judul buku ini, secara lebih mendalam, tema utamanya adalah: ‘Pilihlah orang yang tepat untuk pendamping hidup kalian masing-masing, jangan sampai salah memilih cinta karena akan berdampak buruk di kehidupan akan datang, dan cinta tidak dapat dipaksakan oleh siapapun yang menghalangi sucinya cinta.’ Tema tersebut ditonjolkan dari rangkaian plot dan konflik-konflik yang menerjang tokoh-tokoh dalam cerita Salah Pilih tersebut.
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur kronologis, dan ini pun mempunyai efek yang signifikans terhadap konflik-konflik yang dihadapi tokoh-tokoh utama. Karena plot tersebut tertulis dalam alur kronologis, konflik pun mempunyai sebab dan akibat yang pasti. Contohnya adalah konflik yang dihadapi rumah tangga Asri. Karena dia menikahi orang yang dia belum tentu mencintainya dan belum begitu mengenal wataknya, rumah tangga dia menjadi kurang harmonis.
Meskipun ceritanya termasuk ketinggalan jaman, akan tetapi pengarang tentu mempunyai maksud dan tujuan tertentu agar pembacanya tidak bosan agar tetap membaca novel karangannya ini.


E. Daftar Pustaka

Iskandar, Nur St. 2006. Salah Pilih. Jakarta : Balai Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakara: Gadjah Mada University Press.
Wiyatmi. 2004. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Cinta Kasih Guru dalam Novel "Pertemuan Dua Hati"

A. Pendahuluan

Pengarang Nh Dini lahir tanggal 29 Februari 1936 di Semarang. Setamat SMA bagian Sastra (1959), ia mengikuti kursus Pramugari Darat GIA Jakarta (1956), dan terakhir mengikuti kursus B-1 Jurusan Sejarah (1957). Nh.Dini mulai menulis sejak tahun 1951. Pada tahun 1953 cerpen-cerpennya mulai dimuat di majalah Kisah, Mimbar Indonesia, dan Siasat. Selain menulis cerpen, Dini juga menulis sajak dan sandiwara radio, serta novel. Berbagai penghargaan telah diterimanya, antara lain pemenang Lomba Penulisan Naskah Skenario untuk sandiwara radio se-Jawa Tengah (1955), mendapat hadiah pertama untuk Lomba Penulisan Cerita Pendek dalam Bahasa Prancis se-Indonesia untuk cerpennya Sarang Ikan di Teluk Jakarta (1988).
Pada tahun 1989 ia mendapat Hadiah Seni dari Kementerian P dan K untuk bidang Sastra. Pada tahun 1991 Dini kembali memperoleh Piagam Penghargaan Upapradana dari Pemda TK I Jawa Tengah. Selain terus berkarya, Dini juga sibuk menerima undangan-undangan ceramah mengenai sastra dan budaya di dalam dan luar negeri. Selain itu, ia juga mengelola sebuah taman bacaan untuk remaja dan anak-anak di Semarang, yang kegiatannya mencakup latihan Bahasa Indonesia dan diskusi.
Novel Pertemuan Dua Hati terkesan hendak menggambarkan betapa beratnya menjunjung tinggi rasa idealisme profesi Bu Suci sebagai guru.. Bu Suci yang harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya sakit ayan, muridnya yang nakal, dan susuah diatur yang selalu membuat kekacauan, serta rekan sejawatnya yang kurang memberi dukungan. Dengan keyakinan itu, betapapun beratnya, akhirnya dapat pula Bu Suci menjalankan kewajiban sebagai Ibu dan seorang guru dengan sebaik – baiknya.
Didalam novel ini mempunyai tujuan analisis ini yaituMendeskripsikan latar belakang keluarga Waskito sehingga membuatnya menjadi anak yang keras sulit diatur.Menemukan perubahan yang menunjukkan kemajuan mental dalam diri Waskito. Mendeskripsikan kiat-kiat yang dilakukan Bu Suci menghadapi problematika hidupnya. Serta mendeskripsikan pesan moral yang disampaikan dalam novel Pertemuan Dua Hati.


B. Pendekatan yang digunakan

Dalam novel Pertemuan Dua Hati menggunakan teori kritik sastra feminis untuk menganalisis teks karangan NH. Dini ini yang diungkapkan mengenai timbulnya berbagai isu wanita atau permasalahan wanita. Novel ini yang pertama kali menceritakan tentang pendidikan. Bu Suci adalah seorang guru SD. Hampir 10 th mengajar di Purwodadi. Dia tinggal bersama suami, 3 orang anaknya dan uwaknya. Suaminya bekerja sebagai montir di sebuah perusahaan di kotanya.
Sedangkan Anak keduanya sakit panas, batuk dan selesma. Bu Suci membawanya ke dokter umum. Setelah beberapa hari, kulitnya di tumbuhi bintik-bintik merah dan terasa gatal. Setelah beberapa hari batuk, selesma dan bintik-bintik itu hilang kini anaknya tersebut merasa sakit kepala.
Suaminya menyampaikan kertas-kertas hasil pemeriksaan kesehatan keluarganya. Menurut dokter perusahaan anak keduanya harus dibawa ke dokter syaraf/neurolog. Berhari-hari Bu Suci dan anaknya mondar-mandir rumah sakit untuk menjalani serangkaian pemeriksaan anaknya. Hasilnya, ternyata anaknya menderita penyakit ayan/ sawan/ epilepsy. Bu Suci mengunjungi Nenek Waskito untuk kedua kalinya. Neneknya menceritakan bahwa kini Waskito tinggal bersama Budenya. Pada suatu hari Waskito masuk sekolah. Dihari itu Bu Suci meminta beberapa orang siswanya untuk berpindah tempat duduk. Ia juga meminta Waskito untuk pindah namun Waskito tidak mau.



C. Analisis

Hari pertama Bu Suci memperkenalkan diri kepada murid-muridnya dan mengabsen kehadiran muridnya. Hari itu ada 3 anak yang tidak hadir, salah satunya adalah Waskito. Setelah empat hari mengajar, Waskito belum juga masuk. Bu Suci menanyakan kepada murid-muridnya tentang ketidak hadiran Waskito. Namun dari murid-muridnya, dia mengetahui bahwa teman-temannya tidak menyukai Waskito.
Menurut guru-guru yang pernah mengajar kelas tersebut, mereka menganggap Waskito sebagai murid yang sukar. Kemarahan dan ketenangannya didorong oleh hati yang kekurangan perhatian dari keluarganya. Bu Suci mengirim surat kepada Nenek Waksito. Sore hari yang telah ditentukan, Bu Suci mengunjungi rumah Nenek Waksito. Dari Neneknya dia memperoleh banyak informasi tentang Waksito. Bahwa Waksito pernah dipukul oleh ayahnya karena dia membolos. Selama berada dirumah orangtuanya dia tidak pernah ditegur, diberi tahu mana yang baik dan buruk. Tetapi selama tinggal 1,5 tahun dirumah Neneknya, Waskito bersikap manis, sopan, sering mengerjakan tugas rumah, masuk sekolah secara teratur. Hasilnya Waskito menjadi murid yang normal. Rapotnya menunjukan kemajuan. Namun, orang tuanya mengambilnya kembali.
Semakin hari semakin Waskito menunjukkan perubahan menuju kebaikan. Suatu hari sekolah melaksanakan pelajaran turun ke lapangan. Guru-guru dan murid-murid mengunjungi pabrik makanan. Terlihat, Waskito aktif bertanya tentang mesin pembuat makanan. Bu Suci membentuk kelompok-kelompok di kelasnya. Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat bejana berhubungan. Ternyata hasil karya kelompok Waskito yang paling sempurna Bu Suci memberikan tugas kelompok membuat kebun binatang.Karya kelompok Waskito yang paling bagus. Selama tiga bulan keadaan tenang. Waskito tidak membuat onar. Pada waktu istirahat Waskito mengamuk. Guru-guru mengusulkan agar Waskito dikeluarkan dari sekolah.
Bu Suci mempertahankan muridnya tersebut. Dia meminta waktu satu bulan kepada sekolah. Kepala Sekolah pun mengabulkan permintaannya. Sejak kejadian itu, pada waktu istirahat Bu Suci lebih sering berada dikelas. Bu Suci pun sering mengobrol dengan Waskito. Bu Suci merasa lebih dekat dengan muridnya tersebut. Pada raport berikutnya berisi angka-angka normal. Waskito tidak pernah mengacau seperti yang dilakukannya tempo hari. Bu suci pun menepati janjinya, Waskito ikut memancing sepuas hatinya di Purwodadi bersama keluarga Bu Suci.
Pada akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas. Budenya datang ke sekolah berterima kasih kepada Kepala Sekolah, guru-guru terutama kepada Bu Suci. Atas keuletannya, Waskito menjadi murid yang luar biasa. Bu Suci berhasil melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik sebagi ibu untuk anaknya yang mempunyai sakit ayan dan sebagai guru yang harus membawa muridnya kembali kepada sekolah dan menjadi anak yang sewajarnya seperti anak –anak yang lainnya. Bu Suci yang pada awalnya ragu untuk menjalani permasalahan dalam hidupnya, mengharuskan dirinya untuk tidak memilih diaatara salah satu permasalahan yang sedang Bu Suci hadapi.
Namun ia tetap ingin memberikan yang terbaik kepada anak kandungnya sendiri agar sehat dan sembuh dari penyakit ayannya, namun disisi lain ia pun harus membawa muridnya Waskito untuk kembali kesekolah. Pada awalnya Bu Suci ragu, namun setelah menyakinkan dirinya sendiri untuk bisa melaksanakan tugas dan kewajiabannya akhirnya apa yang ia inginkan selama ini memebuahkan hasil. Anak bungsunya mengalami perubahan, ia sekarang terlihat jarang kambuh lagi dari ayannya dan Waskito anak didiknya juga mengalamai perubahan hingga yang bisa membuat hatinya senang dan orang lain pun menjadi lega. Waskito menjadi anak yang baik, santun lagi rajin dalam bersekolah, nilai yang dihasilkan pun tidak seburuk seperti dulu lagi, ia pun selalu naik kelas dan membantu teman - teman sebayanya. Begitulah usah Bu Suci menghadapi masalah demi masalah yang menimpanya. Ketegaran dan kesabaran Bu Suci membuahkan hasil yang tidak sia-sia.
Setiap permasalahaan yang dialami anak didik maupun anak itu adalah permaslalahan yang berasal dari lingkungan disekitarnya yang membuatnya berubah menjadi anak yang berbeda dengan anak yang lainnya. Jangan sampai sebagi guru hanya bisa mengucilkan dan merehkan setiap hasil anak didik kita, karena sekecil apa pun yang anak didik atau murid itu goreskan dikertas putih itu lah hasil yang maksimal yang ia bisa lakukan semampu dirinya, karena kemampuan setiap anak pasti berbeda jadi jangan bedakan dan jangan samakan anak yang satu dengan anak yang lainnya karena setiap manusia bahkan anak-anak pun pasti memiliki kelebihan maupun kekurangan yang beraneka ragam pula.



D. Kesimpulan

Novel karya Nh. Dini yang berjudul Pertemuan Dua Hati ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa kita harus sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup. Jangan pernah menganggap remeh seseorang dan memandang hanya dari sisi buruknya saja. Apalagi orang tersebut adalah anak didik kita yang harus dibimbing ke jalan yang benar agar tidak salah jalan dan dididik agar kelak bisa menjadi anggota masyarakat yang semestinya dan berkompeten dalam kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi masalah keluarga juga tidak boleh dinomor duakan, keduanya harus berjalan seiringan hingga kita benar-benar mendapatkan apa yang kita cari yakni kebahagiaan..


D. Daftar Pustaka

Media.Wiyatmi. 2004. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Nh. Dini.2009. Pertemuan Dua Hati. Jakarta: PT Gramedia
Nurgiyantoro, Burhan.2005.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakara: Gadjah Mada University Press.Sayuti, Suminto A.2000.Berkenalan dengan Prosa Fiksi.Yogyakarta: Gama Media.

Jumat, 02 Maret 2012

Idealisme Tokoh Utama dalam Novel "Pertemuan Dua Hati"

Pendahuluan

Nh Dini lahir tanggal 29 Februari 1936 di Semarang. Setamat SMA bagian Sastra (1959), ia mengikuti kursus Pramugari Darat GIA Jakarta (1956), dan terakhir mengikuti kursus B-1 Jurusan Sejarah (1957). Nh.Dini mulai menulis sejak tahun 1951. Pada tahun 1953 cerpen-cerpennya mulai dimuat di majalah Kisah, Mimbar Indonesia, dan Siasat. Selain menulis cerpen, Dini juga menulis sajak dan sandiwara radio, serta novel. Berbagai penghargaan telah diterimanya, antara lain pemenang Lomba Penulisan Naskah Skenario untuk sandiwara radio se-Jawa Tengah (1955), mendapat hadiah pertama untuk Lomba Penulisan Cerita Pendek dalam Bahasa Prancis se-Indonesia untuk cerpennya Sarang Ikan di Teluk Jakarta (1988).
Pada tahun 1989 ia mendapat Hadiah Seni dari Kementerian P dan K untuk bidang Sastra. Pada tahun 1991 Dini kembali memperoleh Piagam Penghargaan Upapradana dari Pemda TK I Jawa Tengah. Selain terus berkarya, Dini juga sibuk menerima undangan-undangan ceramah mengenai sastra dan budaya di dalam dan luar negeri. Selain itu, ia juga mengelola sebuah taman bacaan untuk remaja dan anak-anak di Semarang, yang kegiatannya mencakup latihan Bahasa Indonesia dan diskusi.
Novel Pertemuan Dua Hati terkesan hendak menggambarkan betapa beratnya menjunjung tinggi rasa idealisme profesi Bu Suci sebagai guru.. Bu Suci yang harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya sakit ayan, muridnya yang nakal, dan susuah diatur yang selalu membuat kekacauan, serta rekan sejawatnya yang kurang memberi dukungan. Dengan keyakinan itu, betapapun beratnya, akhirnya dapat pula Bu Suci menjalankan kewajiban sebagai Ibu dan seorang guru dengan sebaik – baiknya.
Didalam novel ini mempunyai tujuan analisis ini yaituMendeskripsikan latar belakang keluarga Waskito sehingga membuatnya menjadi anak yang keras sulit diatur.Menemukan perubahan yang menunjukkan kemajuan mental dalam diri Waskito. Mendeskripsikan kiat-kiat yang dilakukan Bu Suci menghadapi problematika hidupnya. Serta mendeskripsikan pesan moral yang disampaikan dalam novel Pertemuan Dua Hati.


Pembahasan Teori

Dalam novel Pertemuan Dua Hati menggunakan teori kritik sastra feminis untuk menganalisis teks karangan NH. Dini ini yang diungkapkan mengenai timbulnya berbagai isu wanita atau permasalahan wanita.
Novel ini yang pertama kali menceritakan tentang pendidikan. Bu Suci adalah seorang guru SD. Hampir 10 th mengajar di Purwodadi. Dia tinggal bersama suami, 3 orang anaknya dan uwaknya. Suaminya bekerja sebagai montir di sebuah perusahaan di kotanya.
Anak keduanya sakit panas, batuk dan selesma. Bu Suci membawanya ke dokter umum. Setelah beberapa hari, kulitnya di tumbuhi bintik-bintik merah dan terasa gatal. Setelah beberapa hari batuk, selesma dan bintik-bintik itu hilang kini anaknya tersebut merasa sakit kepala.
Suaminya menyampaikan kertas-kertas hasil pemeriksaan kesehatan keluarganya. Menurut dokter perusahaan anak keduanya harus dibawa ke dokter syaraf/neurolog. Berhari-hari Bu Suci dan anaknya mondar-mandir rumah sakit untuk menjalani serangkaian pemeriksaan anaknya. Hasilnya, ternyata anaknya menderita penyakit ayan/ sawan/ epilepsy. Bu Suci mengunjungi Nenek Waskito untuk kedua kalinya. Neneknya menceritakan bahwa kini Waskito tinggal bersama Budenya. Pada suatu hari Waskito masuk sekolah. Dihari itu Bu Suci meminta beberapa orang siswanya untuk berpindah tempat duduk. Ia juga meminta Waskito untuk pindah namun Waskito tidak mau.


Hasil Analisis

Hari pertama Bu Suci memperkenalkan diri kepada murid-muridnya dan mengabsen kehadiran muridnya. Hari itu ada 3 anak yang tidak hadir, salah satunya adalah Waskito. Setelah empat hari mengajar, Waskito belum juga masuk. Bu Suci menanyakan kepada murid-muridnya tentang ketidak hadiran Waskito. Namun dari murid-muridnya, dia mengetahui bahwa teman-temannya tidak menyukai Waskito.
Menurut guru-guru yang pernah mengajar kelas tersebut, mereka menganggap Waskito sebagai murid yang sukar. Kemarahan dan ketenangannya didorong oleh hati yang kekurangan perhatian dari keluarganya. Bu Suci mengirim surat kepada Nenek Waksito. Sore hari yang telah ditentukan, Bu Suci mengunjungi rumah Nenek Waksito. Dari Neneknya dia memperoleh banyak informasi tentang Waksito. Bahwa Waksito pernah dipukul oleh ayahnya karena dia membolos. Selama berada dirumah orangtuanya dia tidak pernah ditegur, diberi tahu mana yang baik dan buruk. Tetapi selama tinggal 1,5 th dirumah Neneknya, Waskito bersikap manis, sopan, sering mengerjakan tugas rumah, masuk sekolah secara teratur. Hasilnya Waskito menjadi murid yang normal. Rapotnya menunjukan kemajuan. Namun, orang tuanya mengambilnya kembali.
Semakin hari semakin Waskito menunjukkan perubahan menuju kebaikan. Suatu hari sekolah melaksanakan pelajaran turun ke lapangan. Guru-guru dan murid-murid mengunjungi pabrik makanan. Terlihat, Waskito aktif bertanya tentang mesin pembuat makanan. Bu Suci membentuk kelompok-kelompok di kelasnya. Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat bejana berhubungan. Ternyata hasil karya kelompok Waskito yang paling sempurna Bu Suci memberikan tugas kelompok membuat kebun binatang.Karya kelompok Waskito yang paling bagus. Selama tiga bulan keadaan tenang. Waskito tidak membuat onar. Pada waktu istirahat Waskito mengamuk. Guru-guru mengusulkan agar Waskito dikeluarkan dari sekolah.
Bu Suci mempertahankan muridnya tersebut. Dia meminta waktu satu bulan kepada sekolah. Kepala Sekolah pun mengabulkan permintaannya. Sejak kejadian itu, pada waktu istirahat Bu Suci lebih sering berada dikelas. Bu Suci pun sering mengobrol dengan Waskito. Bu Suci merasa lebih dekat dengan muridnya tersebut. Pada raport berikutnya berisi angka-angka normal. Waskito tidak pernah mengacau seperti yang dilakukannya tempo hari. Bu suci pun menepati janjinya, Waskito ikut memancing sepuas hatinya di Purwodadi bersama keluarga Bu Suci.
Pada akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas. Budenya datang ke sekolah berterima kasih kepada Kepala Sekolah, guru-guru terutama kepada Bu Suci. Atas keuletannya, Waskito menjadi murid yang luar biasa.
Bu Suci berhasil melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik sebagi ibu untuk anaknya yang mempunyai sakit ayan dan sebagai guru yang harus membawa muridnya kembali kepada sekolah dan menjadi anak yang sewajarnya seperti anak –anak yang lainnya. Bu Suci yang pada awalnya ragu untuk menjalani permasalahan dalam hidupnya, mengharuskan dirinya untuk tidak memilih diaatara salah satu permasalahan yang sedang Bu Suci hadapi.
Namun ia tetap ingin memberikan yang terbaik kepada anak kandungnya sendiri agar sehat dan sembuh dari penyakit ayannya, namun disisi lain ia pun harus membawa muridnya Waskito untuk kembali kesekolah. Pada awalnya Bu Suci ragu, namun setelah menyakinkan dirinya sendiri untuk bisa melaksanakan tugas dan kewajiabannya akhirnya apa yang ia inginkan selama ini memebuahkan hasil. Anak bungsunya mengalami perubahan, ia sekarang terlihat jarang kambuh lagi dari ayannya dan Waskito anak didiknya juga mengalamai perubahan hingga yang bisa membuat hatinya senang dan orang lain pun menjadi lega. Waskito menjadi anak yang baik, santun lagi rajin dalam bersekolah, nilai yang dihasilkan pun tidak seburuk seperti dulu lagi, ia pun selalu naik kelas dan membantu teman – teman sebayanya. Begitulah usah Bu Suci menghadapi masalah demi masalah yang menimpanya. Ketegaran dan kesabaran Bu Suci membuahkan hasil yang tidak sia-sia.
Setiap permasalahaan yang dialami anak didik maupun anak itu adalah permaslalahan yang berasal dari lingkungan disekitarnya yang membuatnya berubah menjadi anak yang berbeda dengan anak yang lainnya. Jangan sampai sebagi guru hanya bisa mengucilkan dan merehkan setiap hasil anak didik kita, karena sekecil apa pun yang anak didik atau murid itu goreskan dikertas putih itu lah hasil yang maksimal yang ia bisa lakukan semampu dirinya, karena kemampuan setiap anak pasti berbeda jadi jangan bedakan dan jangan samakan anak yang satu dengan anak yang lainnya karena setiap manusia bahkan anak-anak pun pasti memiliki kelebihan maupun kekurangan yang beraneka ragam pula.


Kesimpulan

Novel karya Nh. Dini yang berjudul Pertemuan Dua Hati ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa kita harus sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup. Jangan pernah menganggap remeh seseorang dan memandang hanya dari sisi buruknya saja. Apalagi orang tersebut adalah anak didik kita yang harus dibimbing ke jalan yang benar agar tidak salah jalan dan dididik agar kelak bisa menjadi anggota masyarakat yang semestinya dan berkompeten dalam kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi masalah keluarga juga tidak boleh dinomor duakan, keduanya harus berjalan seiringan.




Referensi

Nh. Dini.2009. Pertemuan Dua Hati. Jakarta: PT Gramedia
Nurgiyantoro, Burhan.2005.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakara: Gadjah Mada University Press.Sayuti, Suminto A.2000.Berkenalan dengan Prosa Fiksi.Yogyakarta: Gama Media.Wiyatmi. 2004. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Salah Pilih Pasangan Hidup dalam Novel "Salah Pilih"

Salah Memilih Pasangan Hidup Serta Petentangan Adat dalam Novel "Salah Pilih"

Oleh: Ardi Kusuma


Novel yang berjudul Salah Pilih karangan Nur St. Iskandar ini memiliki cerita cinta yang menarik bagi pembaca untuk membacanya karena ceritanya tidak berbelit-belit meskipun dalam bahasanya menggunakan bahasa melayu. Novel ini menceritakan tentang adat minangkabau yang beragam dan bervariasi. Cerita cinta Asnah dan Asri yang begitu menarik dan asyik untuk dibaca karena ceritanya yang mungkin sangat menarik untuk dibaca. Karena kurang lebih ceritanya serupa dengan cerita cinta di sinetron-sinetron Indonesia dengan gaya bahasa yang dramatis dan Lebay berlebih-lebihan.
Tokoh utama dalam cerita ini, yaitu Asnah dan Asri, yang mempunyai watak sangat berbeda walaupun mereka dari satu suku yang mempunyai adat-istiadat yang serupa. Asnah mempunyai watak sabar, baik, lemah lembut dan sopan. Sedangkan Asri, mempunyai watak, baik, bijaksana, dan mempunyai pekerti yang luhur. Dia adalah seorang tokoh bulat yang wataknya pun bulat, dimana dia berganti dari seseorang yang lemah lembut, romantik dan sabar, menjadi seseorang yang cepat marah setelah menikah dengan Saniah.
Novel Salah Pilih karangan Nur St. Iskandar menceritakan tentang sepasang adik-kakak bernama Asri dan Asnah yang mencintai satu sama lain. Walaupun bersaudara, mereka tidak bisa dikatakan bersaudara kandung karena ibu asri mengangkat Asnah sebagai anak angkat. Walaupun begitu, mereka berdua masih memiliki hubungan darah. Kedua bersaudara itu saling mengasihi, sampai tiba waktunya mereka beranjak dewasa. Hingga akhirnya dalam diri Asnah tumbuh rasa cinta layaknya seorang kekasih kepada Asri, namun perasaan rendah diri sebagai seorang anak angkat sekaligus orang yang berhutang budi kepada keluarga Asri mendorongnya untuk menyimpan isi hatinya rapat-rapat, bahkan mendukung Asri memenuhi harapan ibunya untuk segera berumah tangga.
Akibat cinta yang tidak dapat dilanjuti, Asri pun menikah dengan seorang anak bangsawan bernama Saniah dimana keluarga tersebut masih memegang erat adat lama. Namun pernikahan Asri dengan Saniah tidak berjalan dengan semestinya. Hampir setiap hari, pasti terjadi percekcokan diantara mereka. Sampai suatu saat, Saniah ‘kabur’ dari rumah gadang Asri dan dalam perjalanannya mengalami kecelakaan dimana mobilnya masuk ke dalam jurang. Saniah pun meninggal dunia.
Pada akhirnya, Asri dan Asnah pun menikah di luar adat dan mereka pun menempuh hidup baru di Jakarta. Setelah beberapa tahun, orang dari kampung halaman Asri pun meminta dia sebagai ketua desa karena mereka menginginkan seseorang yang berintelektual tinggi.
Kritik yang saya gunakan dalam mengkritisi novel ini dengan menggunakan pendekatan struktural, terdapat alur yang jelas, latar/setting, penokohan yang tepat, tema dan sebagainya. Pada awal cerita, dapat dilihat dari judul buku ini yang merupakan “Salah Pilih” dapat diterka bahwa seseorang yang telah salah dalam menentukan pilihannya. Asri dan Asnah. Dilihat dari namanya, Asri memang terdengar lebih pantas jika ia adalah seorang wanita, tapi didalam cerita ini Asri merupakan seorang lelaki dan sebaliknya Asnah merupakan seorang wanita. Asnah dan Asri sudah seperti keluarga sendiri dimana mereka sudah seperti kakak adik saja. Di mata ibunya, hanya Asnah yang bisa merawatnya dengan baik. Tidak ada orang lain yang bisa merawatnya selain Asnah. Asnah sudah sekian lama menunggu kedatangan Asri yang tak kunjung datang.
Banyak kata-kata yang digunakan untuk menulis cerita ini tidak dipakai lagi dalam perbincangan sehari-hari, dan banyak kata-kata yang dipakai berasal dari Padang. Secara tidak langsung, gaya bahasa yang digunakan menunjukan juga latar tempat dan waktu cerita ini seperti contohnya berkalang dan H.I.S. Terkadang, jika pembaca kurang mengerti bahasa Padang, kita akan merasakan adanya kejanggalan dan ketidak cocokan dalam pemilihan kata, atau diksi Nur St. Iskandar.
Novel Salah Pilih tertulis dengan sudut pandang yang menyebabkan narator bagaikan ‘Dewa’ dimana dia dapat merasakan dan melihat segala sesuatu yang terjadi dalam cerita tersebut. Jika cerita ini tidak ditulis menggunakan sudut pandang tersebut, akan ada banyak perbedaan dalam alur cerita tersebut, dan kita mungkin tidak dapat mengetahui perasaan semua tokoh dengan secara mendalam.
Dengan dipergunakannya sudut pandang ini pun, majas ironi dramatis pun ditunjukkan pada saat Saniah pergi dengan ibunya secara diam-diam dan kecelakaan pun terjadi, dan Asri tidak mengetahuinya sampai waktu yang cukup lama. Dibagian tersebut pun saya rasa cerita tersebut menyampai klimaks dan menemukan resolusinya.
Plot cerita disini saya rasa cukup cepat karena terkesan lebih ‘to the point’ atau langsung ke titik utama persoalan, dengan sub-plot yang tidak terlalu banyak. Latar waktu cerita ini pun kadang loncat-loncat dari satu saat maju ke tahun atau bulan yang berbeda. Ini memberikan efek terhadap detil-detil apa yang terjadi pada waktu yang tidak diceritakan tersebut. Mungkin pertengkaran yang dihadapi Asri dan Saniah, atau mungkin ada beberapa hari dimana rumah gadang tersebut harmonis.
Latar tempat cerita ini pertama-tama tidak digambarkan secara langsung, tetapi banyak imagery dan diksi-diksi yang membantu kita memahami latar tempat tersebut, seperti ‘rumah gadang’ dan sebagainya. Latar tempat diambil di daerah Padang karena di sini, bukan hanya agama yang terpenting, tetapi adat budaya Minangkabau lah yang menjadi patokan. Latar tempat mempunyai efek terhadap konflik yang dihadapi Asri dan juga watak tokoh-tokoh. Jika cerita ini tidak terjadi di Padang, mungkin Asri tidak usah ‘salah pilih’ pendamping hidupnya, dan memendam rasa cinta terhadap Asnah. Dan juga mungkin Saniah mempunyai watak yang berbeda dari yang diceritakan pada novel.
Latar waktu tidak begitu digambarkan dengan spesifik, tetapi pada akhir buku, dimana mereka membicarakan tentang seorang pahlawan kita yaitu Kartini dan sekolah yang didirikannya ketika pada masa itu, maka kita dapat memprediksi kalau cerita ini terjadi sekitar tahun 1920-1940an.
Dalam kenyataannya di kehidupan nyata, pernikahan tidak sedarah boleh saja dilakukan karena tidak ada ikatan tali darah yang mengalir dalam tubuh Asnah dan Asri, Karena Asnah merupakan anak angkat dari keluarga Asri yang diangkat oleh ibu Asri itu sendiri. Ibu Asri begitu saying dengan Asnah seperti anak kandungnya sendiri.meskipun hidup serumah dalam keluarga yang harmonis. Hanya saja, keadaan seperti yang diceritakan pada novel Salah Pilih itu terjadi dalam adat Padang, yang melarang perkawinan sedarah. Cinta pada hakekatnya tidak bisa memilih mana orang yang akan kita pilih dan sukai, namun cinta datang begitu saja mengalir apa adanya tidak bisa dipaksakan.
Dengan rapi pula, Nur Sutan Iskandar membangun konflik diantara tokoh sekaligus menyampaikan pesan moral. Kisah terjebaknya Asnah dalam dua pilihan pun, meyebabkan perempuan ini terlihat polos dan lugu juga wajar dan alami. Orang lugu yang menerima kebaikan orang lain dan merasa berkewajiban membalasnya. Namun cerita mulai berjalan terlalu cepat dan tidak seimbang ketika memasuki akhir. Terkesan penulis tidak berbelit-belit untuk menyampaikan isi cerita kepada pembaca.
Saniah adalah wanita yang mempunyai karakter sombong, dan sangat buruk. Akan tetapi Asri menilai Saniah adalah wanita yang cantik, baik hati dan mempunyai paras yang elok. Setelah menikah dengan Saniah, Asri baru mengetahui sifat asli istrinya tersebut. Bahwa istrinya itu mempunyai karakter sombong, angkuh dan juga kasar. Karena diam-diam tanpa sepengetahuan Asri, Saniah sering sekali kerap menyiksa Asnah ketika Asri keluar rumah. Dalam cerita ini, tema tersampaikan jelas oleh sang pengarang, pembaca sudah dapat merasakan unsur lika-liku kehidupan, unsur adat, bahasa, dan juga unsur percintaan. Tetapi menurut saya tema pokok dari cerita ini merupakan cerita tentang percintaan dalam tubuh persaudaraan atau keluarga. Ini terlihat jelas karena menunjukkan hubungan Asri dan Asnah yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk bersatu karena adat keduanya adalah saudara meskipun hanya saudara angkat, selain adat istiadat yang menuntut dan juga unsur saudara jauh yang tidak bisa mereka langgar.
Cerita ini kurang lebih menceritakan tentang kehidupan tetapi juga dibumbui oleh cerita percintaan Asri dengan Asnah. Diam-diam kedua insan itu saling mencintai, akan tetapi keduanya terpaut hubungan adat yang tidak membolehkan keduanya untuk bersatu. Karena adat daerah Padang yang tidak memungkinkan bagi Asnah dan Asri bersatu, bagaimanapun juga mereka dianggap masih satu darah, maka dari itu kemungkinan sangat kecil untuk mereka untuk bersatu karena perkawinan satu darah tidak diperbolehkan adat daerah mereka namun akhirnya tetap dilangsungkan meski harus pergi keluar daerah adat mereka.
Secara keseluruhan, tema utama novel Salah Pilih adalah romansa, dan seperti judul buku ini, secara lebih mendalam, tema utamanya adalah: “Pilihlah orang yang tepat untuk pendamping hidup kalian masing-masing, jangan sampai salah memilih cinta karena akan berdampak buruk di kehidupan akan datang, dan cinta tidak dapat dipaksakan oleh siapapun yang menghalangi sucinya cinta”. Tema tersebut ditonjolkan dari rangkaian plot dan konflik-konflik yang menerjang tokoh-tokoh dalam cerita Salah Pilih tersebut.
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur kronologis, dan ini pun mempunyai efek yang signifikans terhadap konflik-konflik yang dihadapi tokoh-tokoh utama. Karena plot tersebut tertulis dalam alur kronologis, konflik pun mempunyai sebab dan akibat yang pasti. Contohnya adalah konflik yang dihadapi rumah tangga Asri. Karena dia menikahi orang yang dia belum tentu mencintainya dan belum begitu mengenal wataknya, rumah tangga dia menjadi kurang harmonis.
Meskipun ceritanya termasuk ketinggalan jaman, akan tetapi pengarang tentu mempunyai maksud dan tujuan tertentu agar pembacanya tidak bosan agar tetap membaca novel karangannya ini.



Referensi
Iskandar, Nur Sutan. 2006. Salah Pilih. Jakarta : Balai Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakara: Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rahmat Djoko, dkk. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT. Grahita Graha Widya.
Wiyatmi. 2004. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.