Mentari yang cerahkan hari ini
Bersama kata hati yang ku jalani
Terfikir akan malam yang tak peduli
Teringat sudut pojok merah biru dekat tali
Senja usiamu tak kau pedulikan
Tubuhmu yang lemah pakaian tak karuan
Kekuatan tubuhmu yang tak berdaya
Betapa bedanya ketika kau jaya
Manakah anak cucu yang kau miliki
Apa hanya duduk berpangku kaki
Sungguh miris nasibnya didunia
Ketika tak ada yang mempedulikanya
Akankah semuanya itu dapat terjadi
Pada sosok jiwa-jiwa berbudi
Hanya jiwa inilah yang menjawab keadaan
Bagaimana usaha kita dengan kesungguhan
Peka akan keadaan hingga lingkungan
Harus jadikan pendidikan bagai keutamaan
Pengalaman juga pelajara kehidupan.
Oleh: Armha A. Kusuma
Puisi ini saya buat karena mendapat sedikit inspirasi setelah membaca Novel Pertemuan Dua Hati Karya NH Dini yang saya rasa sangatlah luar biasa.
Gemericik Sunyi Mengungkapkan Kisah Kecil dan Besar yang Terpendam Dalam Sanubari dan Media Aktualisasi Diri yang Tidak Jelas dan Tidak Mutu. ^_^
Anda Butuh apa??
Semangat
Total Tayangan Halaman
Entri Populer
-
A. Pendahuluan Nur Sutan Iskandar lahir di Sungaibatang, Maninjau. Menyelesaikan pendidikan di sekolah Melayu, Nur Sutan Iskandar dian...
-
A. Pendahuluan Pengarang Nh Dini lahir tanggal 29 Februari 1936 di Semarang. Setamat SMA bagian Sastra (1959), ia mengikuti kursus Pra...
-
Pendahuluan Nh Dini lahir tanggal 29 Februari 1936 di Semarang. Setamat SMA bagian Sastra (1959), ia mengikuti kursus Pramugari Darat ...
-
Salah Memilih Pasangan Hidup Serta Petentangan Adat dalam Novel "Salah Pilih" Oleh: Ardi Kusuma Novel yang berjudul Sa...
-
Awan hari ini mendung,muram tak bersinar, Entah memang karena matahari yang malu untuk memberikan sinarnya atau mungkin karena orang-orang y...
-
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh ...
-
Mentari yang cerahkan hari ini Bersama kata hati yang ku jalani Terfikir akan malam yang tak peduli Teringat sudut pojok merah biru dekat...
-
Banyak ragam minuman dalam tradisi masyarakat Jawa yang menyehatkan. Ada wedang jahe, wedang ronde, wedang secang, dan sebagainya. Khasi...
-
Pagi ini terbangun dan melihat "hape",ternyata waktu menunjukkan pukul 03.25 wib lantas segera ku hampiri dan menghidupkan telev...
-
Kecewa berat itulah yang ku rasakan ketika menyaksikan pertandingan sepak bola indonesia, dari kapanpun hingga sampai saat ini. Seperti ma...
Senin, 02 Mei 2011
Minggu, 01 Mei 2011
Tentang Ahmad Tohari
Beliau lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948; umur 62 tahun) adalah sastrawan Indonesia. Ia menamatkan SMA di Purwokerto. Namun demikian, ia pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Sudirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Sosial Politik Universitas Sudirman (1975-1976).
Sosok tubuhnya kecil jauh dari pada bayangan figur seorang yang mempunyai prestasi internasional. Caraberpakaiannya sederhana mengingatkan pada seorang santri saleh yang mempunyai wawasan terbuka bisamenerima semua insan di dunia dari segala lapisan untuk hidup berdampingan secara damai sebagai sesamaciptaan Tuhan. Rendah hati, itulah sosok Ahmad Tohari, yang ternyata merupakan salah seorang kawan dekat GusDur.
Siapa yang sangka pula kalau ia seorang haji yang mempunyai pesantren di daerah Banyumas, tempatkelahirannya. Orangnya terbuka, mempunyai rasa kemanusian yang sangat tinggi. Dalam buku yang ditulisnyabanyak mengangkat penderitaan rakyat yang pernah disaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Contohnyabeberapa novel diangkat dengan menceritakan keganasan Peristiwa September 1965, dimana ia melihat denganmata kepala sendiri seorang anak muda dibunuh secara biadab karena diduga PKI. Lalu ada juga kisah tentangkeganasan tentara terhadap Gali yang dibunuh secara misterius.
Bersama Rene Lysloff dari University California of Riverside (UCR) ia ke Amerika Serikat dalam rangkapenterjemahan bukunya ke dalam Bahasa Inggris yang akan diterbitkan oleh Hawaii University.
Press bekerja samadengan Yayasan Lontar Indonesia. Selain itu waktu yang ada ia, manfaatkan dengan memberikan ceramah di UCRdan UCLA, sekaligus juga bertatap muka dengan masyarakat Indonesia di Duarte Inn Center. Dalam dialog diDuarte Inn, ia memaparkan keadaan Indonesia terakhir menurut pengetahuannya.
Ia sangat mencela pengalaman di kampung halamannya ketika menyaksikan pembunuhan orang yang dicap PKI. Iajuga menyayangkan terjadinya Peristiwa Mei 98 yang ditujukan untuk memojokkan suku Tionghoa. Menurutnya, dikampung halamannya, suku Tionghoa menjadi roda penggerak ekonomi. Bahkan ketika ia meminta sumbanganuntuk acara bersama di kampungnya maka ia banyak meminta kepada pengusaha Tionghoa.
Aktif menulis di Kompas dan Tempo. Jika ada kesempatan, ia akan menulis Peristiwa Mei ‘98 agar bisa dikenang sebagai sejarah yang pernah terjadi di Indonesia.
Ia pernah bekerja di majalah terbitan BNI 46, Keluarga, dan Amanah. Ia mengikuti International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat (1990) dan menerima Hadiah Sastra ASEAN (1995)
Karyanya
Kubah (novel) (novel, 1980)
Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982)
Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985)
Jantera Bianglala (novel, 1986)
Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986)
Senyum Karyamin (kumpulan cerpen, 1989)
Bekisar Merah (novel, 1993)
Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995)
Nyanyian Malam (kumpulan cerpen, 2000)
Belantik (novel, 2001)
Orang Orang Proyek (novel, 2002)
Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004)
Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan (novel bahasa Jawa, 2006; meraih Hadiah Sastera Rancagé 2007
Karya-karya Ahmad Tohari telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, Tionghoa, Belanda dan Jerman. Edisi bahasa Inggris Ronggeng Dukuh Paruk , Lintang Kemukus Dini Hari , Jantera Bianglala diterbitkan oleh Lontar Foundation dalam satu buku berjudul The Dancerditerjemahkan oleh Rene T.A. Lysloff.
Sumber: Dari berbagai macam Sumber
Sosok tubuhnya kecil jauh dari pada bayangan figur seorang yang mempunyai prestasi internasional. Caraberpakaiannya sederhana mengingatkan pada seorang santri saleh yang mempunyai wawasan terbuka bisamenerima semua insan di dunia dari segala lapisan untuk hidup berdampingan secara damai sebagai sesamaciptaan Tuhan. Rendah hati, itulah sosok Ahmad Tohari, yang ternyata merupakan salah seorang kawan dekat GusDur.
Siapa yang sangka pula kalau ia seorang haji yang mempunyai pesantren di daerah Banyumas, tempatkelahirannya. Orangnya terbuka, mempunyai rasa kemanusian yang sangat tinggi. Dalam buku yang ditulisnyabanyak mengangkat penderitaan rakyat yang pernah disaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Contohnyabeberapa novel diangkat dengan menceritakan keganasan Peristiwa September 1965, dimana ia melihat denganmata kepala sendiri seorang anak muda dibunuh secara biadab karena diduga PKI. Lalu ada juga kisah tentangkeganasan tentara terhadap Gali yang dibunuh secara misterius.
Bersama Rene Lysloff dari University California of Riverside (UCR) ia ke Amerika Serikat dalam rangkapenterjemahan bukunya ke dalam Bahasa Inggris yang akan diterbitkan oleh Hawaii University.
Press bekerja samadengan Yayasan Lontar Indonesia. Selain itu waktu yang ada ia, manfaatkan dengan memberikan ceramah di UCRdan UCLA, sekaligus juga bertatap muka dengan masyarakat Indonesia di Duarte Inn Center. Dalam dialog diDuarte Inn, ia memaparkan keadaan Indonesia terakhir menurut pengetahuannya.
Ia sangat mencela pengalaman di kampung halamannya ketika menyaksikan pembunuhan orang yang dicap PKI. Iajuga menyayangkan terjadinya Peristiwa Mei 98 yang ditujukan untuk memojokkan suku Tionghoa. Menurutnya, dikampung halamannya, suku Tionghoa menjadi roda penggerak ekonomi. Bahkan ketika ia meminta sumbanganuntuk acara bersama di kampungnya maka ia banyak meminta kepada pengusaha Tionghoa.
Aktif menulis di Kompas dan Tempo. Jika ada kesempatan, ia akan menulis Peristiwa Mei ‘98 agar bisa dikenang sebagai sejarah yang pernah terjadi di Indonesia.
Ia pernah bekerja di majalah terbitan BNI 46, Keluarga, dan Amanah. Ia mengikuti International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat (1990) dan menerima Hadiah Sastra ASEAN (1995)
Karyanya
Kubah (novel) (novel, 1980)
Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982)
Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985)
Jantera Bianglala (novel, 1986)
Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986)
Senyum Karyamin (kumpulan cerpen, 1989)
Bekisar Merah (novel, 1993)
Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995)
Nyanyian Malam (kumpulan cerpen, 2000)
Belantik (novel, 2001)
Orang Orang Proyek (novel, 2002)
Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004)
Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan (novel bahasa Jawa, 2006; meraih Hadiah Sastera Rancagé 2007
Karya-karya Ahmad Tohari telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, Tionghoa, Belanda dan Jerman. Edisi bahasa Inggris Ronggeng Dukuh Paruk , Lintang Kemukus Dini Hari , Jantera Bianglala diterbitkan oleh Lontar Foundation dalam satu buku berjudul The Dancerditerjemahkan oleh Rene T.A. Lysloff.
Sumber: Dari berbagai macam Sumber
Pengertian Sastra
Banyak ahli yang mendefenisikan pengertian sastra dapat kita lihat sebagai berikut : Fananie (2000 : 6) mengatakan :
“ Bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan kemampuan aspek keindahan yang baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna”.
Sedangkan semi ( 1984 : 8) mengatakan :
“ Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan semi kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahas sebagai mediumnya “.
Teeuw ( 1984 : 23) mengatakan :
“ Kata satra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahas Sansekerta akar kata Sas-, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi. Akhiran kata tra- biasanya menunjukkan alat, suasana. Maka dari sastra dapat berarti, alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran; misalnya silpasastra, buku arsitektur, kemasastraan, buku petunjuk mengenai seni cerita. Awalan su- berarti baik, indah sehingga susastra dapat dibandingkan dengan berbagai belles letter”.
Kutipan di atas menyatakan, sastra diartikan sebagai alat untuk mengajar, memberi instruksi dan petunjuk kepada pembaca. Wellek dan Warren ( 1987 : 3 ) mengatakan bahwa sastra adalah suatu kajian kreatif, sebuah karya seni. Damono ( 1984 : 10) mengatakan bahwa lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium : bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu adalah merupakan suatu kenyataan sosial
Fananie ( 2000 : 132 ) mengatakan bahwa sastra adalah karya seni yang merupakan ekspresi kehidupan manusia .
Dari keseluruhan defenisi sastra di atas, adalah berdasarkan persepsi masing-masing pribadi dan sifatnya deskriptif, pendapat itu berbeda satu sama lain. Masing-masing ahli merupakan aspek-aspek tertentu, namun yang jelas defenisi tersebut dikemukakan dengan prinsip yang sama yaitu manusia dan lingkungan. Manusia menggunakan seni sebagai pengungkapan segi-segi kehidupan. Ini suatu kreatifitas manusia yang mampu yang mampu menyajikan pemikiran dan pengalaman hidup dengan bentuk seni sastra.
Dari beberapa batasan yang diuraikan di atas dapat disebut beberapa unsur batasan yang selalu disebut untuk unsur-unsur itu adalah isi sastra berupa pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat kepercayaan dan lain-lain. Ekspresi atau ungkapan adalah upaya untuk mengeluarkan sesuatu dalam diri manusia. Bentuk diri manusia dapat diekspresikan keluar, dalam berbagai bentuk, sebab tampa bentuk tidak akan mungkin isi tadi disampaikan pada orang lain. Ciri khas penggungkapan bentuk pada sastra adalah bahasa. Bahasa adalah bahan utama untuk mewujudkan ungkapan pribadi di dalam suatu bentuk yang indah.
“ Bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan kemampuan aspek keindahan yang baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna”.
Sedangkan semi ( 1984 : 8) mengatakan :
“ Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan semi kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahas sebagai mediumnya “.
Teeuw ( 1984 : 23) mengatakan :
“ Kata satra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahas Sansekerta akar kata Sas-, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi. Akhiran kata tra- biasanya menunjukkan alat, suasana. Maka dari sastra dapat berarti, alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran; misalnya silpasastra, buku arsitektur, kemasastraan, buku petunjuk mengenai seni cerita. Awalan su- berarti baik, indah sehingga susastra dapat dibandingkan dengan berbagai belles letter”.
Kutipan di atas menyatakan, sastra diartikan sebagai alat untuk mengajar, memberi instruksi dan petunjuk kepada pembaca. Wellek dan Warren ( 1987 : 3 ) mengatakan bahwa sastra adalah suatu kajian kreatif, sebuah karya seni. Damono ( 1984 : 10) mengatakan bahwa lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium : bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu adalah merupakan suatu kenyataan sosial
Fananie ( 2000 : 132 ) mengatakan bahwa sastra adalah karya seni yang merupakan ekspresi kehidupan manusia .
Dari keseluruhan defenisi sastra di atas, adalah berdasarkan persepsi masing-masing pribadi dan sifatnya deskriptif, pendapat itu berbeda satu sama lain. Masing-masing ahli merupakan aspek-aspek tertentu, namun yang jelas defenisi tersebut dikemukakan dengan prinsip yang sama yaitu manusia dan lingkungan. Manusia menggunakan seni sebagai pengungkapan segi-segi kehidupan. Ini suatu kreatifitas manusia yang mampu yang mampu menyajikan pemikiran dan pengalaman hidup dengan bentuk seni sastra.
Dari beberapa batasan yang diuraikan di atas dapat disebut beberapa unsur batasan yang selalu disebut untuk unsur-unsur itu adalah isi sastra berupa pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat kepercayaan dan lain-lain. Ekspresi atau ungkapan adalah upaya untuk mengeluarkan sesuatu dalam diri manusia. Bentuk diri manusia dapat diekspresikan keluar, dalam berbagai bentuk, sebab tampa bentuk tidak akan mungkin isi tadi disampaikan pada orang lain. Ciri khas penggungkapan bentuk pada sastra adalah bahasa. Bahasa adalah bahan utama untuk mewujudkan ungkapan pribadi di dalam suatu bentuk yang indah.
Langganan:
Postingan (Atom)