Anda Butuh apa??

Semangat

Total Tayangan Halaman

Entri Populer

Minggu, 01 Mei 2011

Tentang Ahmad Tohari

Beliau lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948; umur 62 tahun) adalah sastrawan Indonesia. Ia menamatkan SMA di Purwokerto. Namun demikian, ia pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Sudirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Sosial Politik Universitas Sudirman (1975-1976).
Sosok tubuhnya kecil jauh dari pada bayangan figur seorang yang mempunyai prestasi internasional. Caraberpakaiannya sederhana mengingatkan pada seorang santri saleh yang mempunyai wawasan terbuka bisamenerima semua insan di dunia dari segala lapisan untuk hidup berdampingan secara damai sebagai sesamaciptaan Tuhan. Rendah hati, itulah sosok Ahmad Tohari, yang ternyata merupakan salah seorang kawan dekat GusDur.

Siapa yang sangka pula kalau ia seorang haji yang mempunyai pesantren di daerah Banyumas, tempatkelahirannya. Orangnya terbuka, mempunyai rasa kemanusian yang sangat tinggi. Dalam buku yang ditulisnyabanyak mengangkat penderitaan rakyat yang pernah disaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Contohnyabeberapa novel diangkat dengan menceritakan keganasan Peristiwa September 1965, dimana ia melihat denganmata kepala sendiri seorang anak muda dibunuh secara biadab karena diduga PKI. Lalu ada juga kisah tentangkeganasan tentara terhadap Gali yang dibunuh secara misterius.

Bersama Rene Lysloff dari University California of Riverside (UCR) ia ke Amerika Serikat dalam rangkapenterjemahan bukunya ke dalam Bahasa Inggris yang akan diterbitkan oleh Hawaii University.
Press bekerja samadengan Yayasan Lontar Indonesia. Selain itu waktu yang ada ia, manfaatkan dengan memberikan ceramah di UCRdan UCLA, sekaligus juga bertatap muka dengan masyarakat Indonesia di Duarte Inn Center. Dalam dialog diDuarte Inn, ia memaparkan keadaan Indonesia terakhir menurut pengetahuannya.

Ia sangat mencela pengalaman di kampung halamannya ketika menyaksikan pembunuhan orang yang dicap PKI. Iajuga menyayangkan terjadinya Peristiwa Mei 98 yang ditujukan untuk memojokkan suku Tionghoa. Menurutnya, dikampung halamannya, suku Tionghoa menjadi roda penggerak ekonomi. Bahkan ketika ia meminta sumbanganuntuk acara bersama di kampungnya maka ia banyak meminta kepada pengusaha Tionghoa.

Aktif menulis di Kompas dan Tempo. Jika ada kesempatan, ia akan menulis Peristiwa Mei ‘98 agar bisa dikenang sebagai sejarah yang pernah terjadi di Indonesia.


Ia pernah bekerja di majalah terbitan BNI 46, Keluarga, dan Amanah. Ia mengikuti International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat (1990) dan menerima Hadiah Sastra ASEAN (1995)
Karyanya
 Kubah (novel) (novel, 1980)
 Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982)
 Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985)
 Jantera Bianglala (novel, 1986)
 Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986)
 Senyum Karyamin (kumpulan cerpen, 1989)
 Bekisar Merah (novel, 1993)
 Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995)
 Nyanyian Malam (kumpulan cerpen, 2000)
 Belantik (novel, 2001)
 Orang Orang Proyek (novel, 2002)
 Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004)
 Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan (novel bahasa Jawa, 2006; meraih Hadiah Sastera RancagĂ© 2007
Karya-karya Ahmad Tohari telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, Tionghoa, Belanda dan Jerman. Edisi bahasa Inggris Ronggeng Dukuh Paruk , Lintang Kemukus Dini Hari , Jantera Bianglala diterbitkan oleh Lontar Foundation dalam satu buku berjudul The Dancerditerjemahkan oleh Rene T.A. Lysloff.

Sumber: Dari berbagai macam Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar